PEMKOT SURABAYA KENALKAN TEKNOLOGI BLACK SOLDIER FLY (BSF) UNTUK ATASI LIMBAH RUMAH TANGGA

Salah satu faktor yang mempengaruhi lingkungan adalah masalah pembuangan dan pengelolaan sampah. Sampah adalah bahan buangan sebagai akibat dari aktivitas manusia yang merupakan bahan yang sudah tidak dapat dipergunakan lagi. Permasalahan sampah saat inipun masih terkesan sulit diatasi, salah satunya limbah rumah tangga. Limbah rumah tangga menjadi persoalan masif di kota besar seperti Kota Surabaya, Jawa Timur. Untuk mengatasi persoalan itu, pemerintah Surabaya mulai mengoptimalkan sistem pengelolaan sampah dengan menggunakan teknologi Black Soldier Fly (BSF). Teknologi tersebut merupakan sebuah inovasi tentang pemanfaatan larva dalam pengelolaan limbah.

Dikutip dari laman sindonews.com, Koordinator Pusat Daur Ulang (PDU) Jambangan, Dwijo Warsito menyampaikan bahwa teknologi urai sampah menggunakan BSF merupakan hasil kerja sama antara Dinas Kebersihan dan Ruang Terbuka Hijau (DKRTH) Kota Surabaya dan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan. Teknologi ini telah dikembangkan di PDU Jambangan sejak Oktober 2017 lalu. Hasilnya, dalam satu kotak yang berisi 10.000 larva, mampu mengurai limbah rumah tangga sebanyak 12 kilogram dalam waktu 12 hari. Beliau menuturkan, "Jadi kita awalnya dikasih bibit belatung (BSF) yang kecil, setelah lima hari itu kita kasih makan sampah organik. Contohnya seperti sisa makanan. Dan hasilnya dalam satu kotak itu mampu mengurai sampah dalam 12 hari," (sindonews.com, 16/8/2018). 

Beliau menambahkan, teknologi BSF ini merupakan cara mengurai sampah dari bekas sisa makanan dengan menjadikan limbah tersebut makanan larva yang mulai berumur lima hari yang membuat sampah tersebut lebih mudah terurai dengan cepat. Untuk larva dewasa dapat digunakan sebagai pakan ternak. Sedangkan untuk larva yang telah menjadi lalat, katanya, mampu menghasilkan 300 hingga 400 telur. Kemudian, kotoran larva yang telah menjadi residu dapat dimanfaatkan sebagai kompos organik. "Jadi kita menggunakan teknologi ini dua langkah yang kita lalui. Untuk larva dewasanya untuk makan ternak, ikan juga bisa. Terus untuk kotorannya (residu) kita gunakan untuk kompos," jelas Warsito. Selain itu, Warsito mengatakan, "Dari hasil penelitian yang telah dilakukan di Singapura, ternyata Larva ini memiliki kandungan protein yang cukup tinggi."

Menurut Warsito, selama ini sampah yang ada di Surabaya cenderung kebanyakan limbah bekas rumah tangga. Teknik ini bisa diterapkan untuk mengurangi limbah rumah tangga yang ada di masyarakat. Saat ini, teknologi ini telah diuji cobakan di dua RT Kelurahan Jambangan Surabaya. "Kemarin saja kita uji cobakan pada dua RT itu, mampu mengurangi sampah bekas makanan sebanyak 2,5 ton dalam satu bulan," katanya. Beliau mengatakan bahwa PDU Jambangan mendistribusikan larva yang sudah dewasa ke Taman Flora dan Taman Wonorejo sebagai pakan ternak, seperti bebek dan ikan lele.

Sementara itu, Kasi Pemanfaatan Sampah DKRTH Surabaya Choirunnisa menyampaikan dengan memanfaatan teknik ini, mampu mengurai limbah rumah tangga lebih cepat. Sampah yang merupakan bekas sisa makanan kemudian dicacah dan digunakan untuk makanan larva. "Dari segi larvanya sendiri memiliki nilai ekonomis tinggi. Jadi diharapkan masyarakat juga ikut untuk mandiri. Otomatis sampah yang kita kelolah bisa berkurang," ucapnya. Beliau mengklaim bawa teknologi ini telah desosialisasikan kepada Faskel seluruh Surabaya. Dengan adanya sosialisasi ini, diharapkan agar bisa dilakukan oleh warga Surabaya sehingga mereka dengan mandiri dapat mengelolah sampah sendiri dengan teknologi larva BSF tersebut, imbuhnya.


Disunting Oleh : HOOD

  • Write By: admin
  • Published In:
  • Created Date: 2018-08-16
  • Hits: 801
  • Comment: 0

Leave A Comment