Tantangan Mata Pelajaran Produk Kreatif dan Kewirausahaan di SMK

Catatan CEO SMK Negeri 1 Tuntang


Dua hari ini saya berkunjung ke Kota Kediri. Tepatnya di SMK Negeri 2 Kediri. Kedatangan saya kali ini bertujuan mengikuti workshop Implementasi Mata Pelajaran Produk Kreatif dan Kewirausahaan yang diselenggarakan oleh MGMP Multimedia Provinsi Jawa Timur. Kegiatan ini memang menjadi prioritas untuk saya datangi karena keyakinan akan materi bagus yang akan di dapat. Dan ini sekaligus sebagai upaya untuk merintis kompetensi keahlian baru di SMK Negeri 1 Tuntang yaitu Multimedia. Sesuai amanah UU No. 20 Tahun 2003 Tentang Sisdiknas pada  Penjelasan Pasal 15 disebutkan  “Pendidikan Kejuruan merupakan pendidikan menengah yang mempersiapkan peserta didik terutama untuk bekerja pada bidang tertentu”. Ini sejalan dengan Instruksi Presiden No 9 Tahun 2016 tentang Revitalisasi Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) dalam rangka peningkatan Sumber Daya Manusia (SDM) Indonesia.



Pendidikan formal atau SMK berupaya mampu mengubah pola pikir lulusan SMK yang tidak hanya menjadi lulusan siap kerja namun menjadi lulusan siap berwirausaha dan mandiri. Jadi SMK diharapkan menghasilkan lulusan yang mampu Bekerja, Mengembangkan Diri/Melanjutkan, dan Wirausaha Muda sesuai dengan kompetensi keahlian. Upaya untuk mewujudkan amanah undang-undang dan instruksi presiden itu maka muncullah mata pelajaran Produk Kreatif dan Kewirausahaan. Apakah dengan munculnya mata pelajaran tersebut dengan serta merta menciptakan wirausaha muda lulusan SMK? Pengembangan potensi pada peserta didik lulusan SMK dirasa kurang maksimal, dapat dilihat dari minimnya jumlah wirausahawan lulusan SMK.

Kurang efektifnya pembelajaran Produk Kreatif dan Kewirausahaan di SMK dapat dilihat dari beberapa faktor antara lain pertama, guru pengampu Produk Kreatif dan Kewirausahaan tidak memiliki usaha hal itu dapat menurunkan semangat berwirausaha peserta didik karena peserta didik memerlukan pembelajaran nyata tidak hanya sekedar teori. Guru Produk Kreatif dan Kewirausahaan yang tidak memiliki usaha akan mengalami kesulitan dalam mengajarkan marketing karena mereka tidak mengetahui dinamika seorang pengusaha sehingga teori yang diberikan kepada peserta didik kurang bermakna.

Kedua, rendahnya komitmen guru Produk Kreatif dan Kewirausahaan terhadap kewirausahaan. Hal itu dapat dilihat dari minimnya keseriusan guru terhadap kewirausahaan, mereka masih menganggap sebelah mata tentang budaya berwirausaha. Ketiga, minimnya guru Produk Kreatif dan Kewirausahaan yang benar-benar memiliki skill wirausaha karena sebagian guru Produk Kreatif dan Kewirausahaan berasal dari lulusan sarjana yang kekurangan jam mengajar dalam sekolahan bukan mereka yang memiliki kompetensi wirausaha. Keempat, sulitnya memasarkan prodak barang atau jasa kepada masyarakat. Tidak dapat dipungkiri bahwa masyarakat lebih tertarik pada barang atau jasa yang murah namun mengesampingkan kualitas dan masyarakat kurang memberikan kepercayaan kepada peserta didik yang sedang belajar berwirausaha.

Lalu bagaimana solusi untuk memecahkan masalah tersebut? Inilah enaknya saya sering mengikuti banyak forum ilmiah. Bisa bertemu dengan para pakar dari luar dunia pendidikan. Lontaran narasumber Bapak Ir. Okky Tri Hutomo, M.IT dari Aptiknas memberikan pencerahan antara lain yang pertama guru Produk Kreatif dan Kewirausahaan harus membuka sebuah usaha sendiri. Upaya ini mempunyai banyak manfaat yang dapat diterima oleh guru itu sendiri dan juga oleh peserta didik. Guru  dapat memperoleh pengalaman nyata tentang berwirausaha sehingga dapat dipakai dalam mendidik. Selain itu mereka juga mampu memperoleh pemasukan dari usaha yang mereka jalankan. Peserta didik dapat memanfaatkan pengalaman berwirausaha guru sebagai bahan belajar dan sarana belajar berwirausaha. Yang kedua guru Produk Kreatif dan Kewirausahaan perlu mengajak peserta didiknya untuk lebih aktif mempelajari usaha-usaha yang sudah ada melalui observasi lapangan dan kunjungan industri. Adapun solusi yang ketiga guru Produk Kreatif dan Kewirausahaan perlu membuka hubungan dengan pengusaha-pengusaha yang ada untuk dapat dipakai sebagai tempat belajar peserta didiknya. Yang keempat guru Produk Kreatif dan Kewirausahaan perlu mengembangkan metode dan model pembelajaran yang dapat lebih mendekatkan peserta didik pada situasi nyata berwirausaha. Sementara guru Produk Kreatif dan Kewirausahaan perlu membuat setting tugas yang menuntut peserta didik untuk memulai sebuah usaha, contohnya dengan membuat business plan competition sebagai solusi yang terakhir.

Menutup tulisan ini, saya mengucapkan terima kasih kepada Bapak Safiqurrohman, S.Kom, M.Pd, Ketua MGMP Multimedia Jawa Timur yang bersedia menerima kami dalam kegiatan workshopnya. Banyak hal yang ingin saya lakukan di sekolah saya untuk menciptakan wirausaha-wirausaha muda. Tak lupa saya juga siap berbagi dengan teman-teman di Kabupaten Semarang dan Provinsi Jawa Tengah.

Kediri, 10 Pebruari 2019


sumber:
http://smkn1tuntang.sch.id/html/index.php?id=berita&kode=15




  • Write By: admin
  • Published In:
  • Created Date: 2019-02-11
  • Hits: 1583
  • Comment: 0

Leave A Comment