LimaBenua -- Di era e-commerce 4.0 mendatang, banyak asumsi atau pendapat yang mengatakan dengan hadirnya bisnis e-commerce di Indonesia akan membuat toko-toko fisik atau offline store ditinggalkan oleh masyarakat. Namun, pengamat ekonomi Yustinus Prastowo menampik tudingan tersebut dan menilai revolusi E-commerce 4.0 tidak akan mematikan toko-toko offline. Pada kesempatan diskusi bersama Ipsos Indonesia mengenai riset “E-commerce 4.0 What’s Next” di Jakarta, beliau mengatakan, “tIdak benar E-commerce 4.0 akan meniadakan offline, tapi integrase.”
Sejak pertama kemunculannya, E-commerce terus mengalami perkembangan. Lembaga riset Ipsos Indonesia mencatat platform E-commerce di Indonesia sudah ada pada era 1990-an. Menurut catatan Ipsos, salah satu pelopor pada E-commerce 1.0 tersebut adalah Indonet, namun platform mereka berbeda dengan E-commerce yang ada saat ini. Pada waktu itu, E-commerce berupa katalog elektronik yang berisi tentang harga dan deskripsi produk.
Munculnya Bhinneka pada era berikutnya menandai lahirnya E-commerce 2.0 dengan karakteristik yang berbeda dari generasi sebelumnya. E-commerce mulai menjadi kanal resmi untuk mendatangkan pendapatan bagi perusahaan. Perkembangan pesat E-commerce selama lima tahun terakhir akhirnya menghadirkan E-commerce 3.0, berupa platform marketplace dan terpisah dari perusahaan induk. E-commerce menggandeng banyak pihak untuk masuk ke platform mereka.
Memasuki era E-commerce 4.0, banyak kekhawatiran E-commerce akan menggantikan toko fisik melihat situasi saat ini, padahal menurut Yustinus anggapan tersebut merupakan persepsi salah paham. “E-commerce 4.0 itu kolaborasi,” tuturnya. Kolaborasi antara toko online dengan toko offline dikenal dengan istilah "online to offline" atau O2O, misalnya berbelanja melalui platform online kemudian mengambil barang langsung di toko fisik terdekat. Kolaborasi O2O menurut Yustinus akan menciptakan lapangan pekerjaan baru karena sistem ini membutuhkan gerai fisik atau gudang (warehouse).
CEO Blibli menyatakan, sejak beberapa waktu belakangan mereka menggarap sektor O2O sebagai salah satu kanal penjualan. “Tujuan kami bukan mematikan toko, online ini menjadi salah satu kanal,” ujar Kusumo di acara diskusi yang sama. Ia mengatakan bahwa konsumen yang datang langsung ke toko yang bekerja sama dengan Blibli dapat merasakan semua fasilitas online, seperti program cicilan, dan lain-lain.
Disunting Oleh: HOOD
Same In Category
- Vcloudpoint Membantu meningkatkan efisiensi pekerjaan
- Si Kecil Yang Hemat!
- “RISHA” TEKNOLOGI RUMAH SEHAT TAHAN GEMPA DARI PRESIDEN JOKOWI
- “Big Data” Tengah Populer di industri Teknologi, Lalu apa Fungsi dan Manfaatnya?
- ‘Shoelace’ Senjata Baru Google yang Siap Gantikan Google Plus
- ‘RCS’ iMessage ala Android Dari Google
- ‘Nettox Watch’ Solusi Ciptaan Mahasiswa UI Atasi Candu Internet
- ‘Meet Now’, Fitur Baru dar Skype yang Dapat Diakses Tanpa Unduh Aplikasi dan Sign-Up
- ‘GET’ Gojek Versi Thailand Resmi Mengaspal di Bangkok
- ‘Explore’ Gantikan Fitur Trending YouTube di Android dan iOS
Related Blogs By Tags
- Vcloudpoint Membantu meningkatkan efisiensi pekerjaan
- Si Kecil Yang Hemat!
- “RISHA” TEKNOLOGI RUMAH SEHAT TAHAN GEMPA DARI PRESIDEN JOKOWI
- “Boba Watch” Aplikasi Recommended Buat Kamu Pecinta Bubble Tea
- “Big Data” Tengah Populer di industri Teknologi, Lalu apa Fungsi dan Manfaatnya?
- ‘Shoelace’ Senjata Baru Google yang Siap Gantikan Google Plus
- ‘RCS’ iMessage ala Android Dari Google
- ‘Nettox Watch’ Solusi Ciptaan Mahasiswa UI Atasi Candu Internet
- ‘Meet Now’, Fitur Baru dar Skype yang Dapat Diakses Tanpa Unduh Aplikasi dan Sign-Up
- ‘GET’ Gojek Versi Thailand Resmi Mengaspal di Bangkok
Leave A Comment